Lingkungan dan manusia memiliki keterkaitan yang
erat, manusia merupkan bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan, dan
kehidupan manusia tergantung pada kelestarian lingkungan, karena lingkungan merujuk
kepada segala sesuatu yang diperlukan oleh makhluk hidup yang disebut sumber
daya alam, sebaliknya kelestarian lingkungan tergantung pada aktivitas manusia.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah manusia
suadah melestarikan lingkungannya sebagai aset kehidupan?, dalam hal ini saya
akan memberikan stimulan mengenai dua sisi lingkungan hidup kita. Baduy (suku
adat yang terletak di kabupaten Lebak, provinsi Banten) memiliki karakteristik
yang khas, masyarakat Baduy benar-benar menjaga lingkungannya, tatanan sosial
mereka teratata rapi.
Disana tidak ada asap rokok, polusi, bau sampah
dan sebagainya. Semuanya terasa asri dan indah. Udaranya segar karena disana
pepohonan yang besar dan rimbun tunbuh subur, sehingga sirkulasi udara berjalan
lancar, hamparan sawah yang hijau, aliran air yang jernih, segala sesuatunya
menyatu dengan alam, dan yang membuat saya berdecak kagum masyarakat disana
memiliki aturan yang sudah terikat dan harus dijalankan. Mereka dilarang
menggunakan sabun, pasta gigi, dan hal-hal yang bisa merusak lingkungan, bahkan
mereka dilarang menebang pohon dan membunuh binatang tanpa alasan yang kuat.
Menurut Puun (kepala suku Baduy) siapa saja yang melanggar pantangan tersebut
maka mereka akan diusir dan tidak dianggap sebagai keluarga suku Baduy.
Selain suku Baduy, suku Naga juga sangat menjaga
lingkungannya. Suku yang bertempat di kampung Naga, kabupaten Tasik Malaya Jawa
Barat ini bermata pencaharian sebagai petani. Mereka sangat menjaga kelestarian
hutan yang menjadi sumber air yang dapat mencegah banjir saat musim hujan dan
tetap menyimpan air disaat musim kemarau, oleh karena itu ada sebuah pantangan
yang melarang semua warga kampung menebang pohon di hutan, maskipun masa
panennya dua kali dalam setahun, tapi hasilnya selalu melimpah karena mendapat
pasokan air yang cukup. Kolam, sawah, dan kebun yang ada di kampung Naga tidak
pernah kering walaupun kemarau melanda, karena hutan yang berada di atas
kampung Naga masih menyediakan cadangan air yang cukup untuk penduduk yang
tinggal di bawahnya.
Suku Baduy dan Naga merupakan dua diantara suku
yang berada di Nusantara ini yang terikat hukum adat, mereka mengasingkan diri
dari kehidupan modern, mereka lebih memilih hidup terpencil dan menyatu dengan
alam, walaupun mereka tidak berpendidikan tapi mereka hidup sejahtera dan
tenang. Mereka tidak pernah merasakan banjir, kekeringan, dan bencana alam
lainnya karena mereka menjaga alam yang diberikan Tuhan.
Prototipe kedua suku ini berbeda dengan masyarakat
modern yang pintar, berpendidikan, dan mampu menghasilakan teknologi canggih.
Masyarakat modern cenderung memanfaatkan alam dengan cara yang
berlebih-lebihan. Misalnya kesan yang saya dapatkan ketika mengunjungi Baduy
adalah kedamaian dan keterbukaan bersama alam, lain halnya ketika saya
mengunjungi kota-kota besar, kesan yang saya dapatkan sumpek dan gersang,
matahari terasa menyengat, udara pengap dan bau, jalanan kotor oleh sampah yang
tercecer dimana-mana, semua itu akan menimbulkan kerusakan lingkungan misalnya
bangunan-bangunan tinggi yang arsitekturnya mengedepankan ruangan yang tersusun
oleh kaca, yang ternyata akan menimbulkan efek rumah kaca yang berbuntut pada
rusaknya lapisan ozon kita dan dampaknya akan dirasakan kembali oleh manusia,
mereka akan mudah terserang kanker kulit. Selain itu udara kotor yang
disebabkan oleh asap rokok dan kendaraan bermotor mengandung banyak polutan,
seperti hidrokarbon dan oksida nitrogen. Oksida nitrogen di udara membantu
terbetuknya ozon. Kemudian ozon dapat bereaksi dengan hidrokarbon untuk
membentuk suatu polusi udara mengganggu tumbuhan dan merusak lingkungan bahkan
tumbuh-tumbuhan di tepi jalan yang terkena polusi udara juga akan sukar untuk
tumbuh.
Yang lebih memprihatinkan lagi pencemaran
lingkungan di kota-kota yang disebabkan limbah manusia (sampah). Sampah
merupakan masalah pokok yang harus segera terselesaikan, kita tidak bisa
membayangkan bagaimana jika bumi ini tertutup sampah, tentu saja ini hal yang
sangat mengerikan. Tapi bayangan ini bisa saja terjadi karena penanganan sampah
belum optimal, misalnya kesadaran masyarakat yang belum tumbuh, mereka
seenaknya saja membuang sampah sembarangan. Sampah memang bukan pemandangan
yang enak dilihat, apalagi kalau ingat isinya hanya benda-benda bekas, kotor,
tua, dan rusak. Saat ini di kota-kota besar sampah bebas berkeliaran di air
ataupun di darat, sampah merubah kejernihan air menjadi coklat pekat, sampah
yang menumpuk bisa memancing datangnya lalat, nyamuk, serta menimbulkan bau
busuk, dan jika didiamkan dalam waktu lama akan menyebabkan timbulnya penyakit,
misalnya diare, infeksi saluran pernafasan (ISPA), dan sebagainya. Selain itu
sampah yang berada di air membuat air menjadi dangkal, dan jika musim hujan
tiba bisa menimbulkan bahaya banjir, air yang tercemar sampah dan limbah
industri menjadi kotor dan membuat kita sulit mendapatkan air bersih, laut yang
tercemar sampah akan menyebabkan biota di dalamnya mati dan dampaknya kita
tidak bisa menikmati hasil laut.
Ketika lingkungan mengalami kerusakan, dan bencana
terjadi dimana-mana, orang baru menyadari pentingnya pelestarian lingkungan,
mereka baru sadar bahwa apa yang dilakukan selama ini salah. Manusia merasa
menguasai lingkungan dengan segala kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya dan
seenaknya memanfaatkan lingkungan di luar batas, ketika lingkungan menjadi
rusak dan tercemar, dampaknya ternyata memantul kembali kepada manusia. Jika
biosfer rusak, bumi tidak mampu lagi menyokong adanya kehidupan. Pada akhirnya
kelestarian manusia akan terancam dan punah.
Dewasa ini memang telah muncul kesadaran dan kepedulian
lingkungan, banyak upaya yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh
setiap individu. Pada dasarnya, memang prinsip yang dapat dilakukan untuk
melakukan pelestarian, pencegahan, dan penanggulangan pencemaran yaitu secara
administratif (adanya peraturan / undang-undang dari pemerintah), di Indonesia
sepertinya undang-undang lingkungan hidup belum sepenuhnya terlaksana, akhirnya
banyak oknum yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan terbebas dari
jeratan hukum. Seharusnya undang-undang bukan hanya sekedar hukum tertulis,
tapi harus juga menjadi pelindung lingkungan. Jika undang-undang
tersebut benar-benar dilaksanakan, tentu saja kerusakan yang diakibatkan ulah
tangan manusia akan sedikit terkurangi. Secara teknologis (adnya peralatan
pengolah limbah, pembakar sampah), adanya teknologi tersebut sangat membantu
terpeliharanya lingkungan, misalnya alat pembakar sampah dapat digunakan untuk
membakar sampah-sampah anorganik yang merusak linkungan karena sulit diuraikan
oleh bakteri. Secara edukatif / pendidikan (melakukan penyuluhan
kepada masyarakat, dan pendidikan di sekolah-sekolah) dengan adanya penyuluhan
yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat umum ataupun pelajar akan membantu
meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya melestarikan lingkungan. Prinsip
dasar tersebut tidak akan berjalan jika manusia terus berupaya meningkatkan
kesejahteraan hidupnya tanpa memperhatikan lingkungan.
Adapun upaya yang dapat kita lakukan secara
individu adalah dengan menampakkan sikap peduli lingkungan pada diri
masing-masing. Jika kesadaran sudah tercipta tentunya akan mudah bagi kita
untuk melestarikan lingkungan, kita mulai melestarikan lingkungan dari hal yang
terkecil dahulu, misalnya membiasakan buang sampah pada tempatnya. Selain itu
tanamkan dan upayakan sikap hemat energi, karena sumber daya alam kita terdiri
dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui. Jika sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui habis, maka
tidak ada lagi pnggantinya selain mencari alternatif lain, oleh karena itu kita
upayakan hemat energi dari sekarang sebelum sumber daya alam kita habis.
Hal yang paling sederhana adalah kita sebagai
manusia modern yang terpelajar, memiliki banyak pengetahuan dan mampu
mengaplikasikan kemampuannya. Dengan akal dan kemampuannya tersebut manusia
mampu menghasilkan teknologi yang mampu menghantarkan hidup ke arah yang lebih
baik dan segalanya serba mudah. Jadi alangkah bodohnya jika kita terkalahkan
oleh kedua suku yang saya paparkan tersebut. Mereka masih primitif dan tidak
sekolah, tapi upaya yang mereka lakukan untuk menjaga lingkungannya melebihi
kita.
Upaya yang mereka lakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup selaras dan sejalan dengan lingkungan, alam memberi dan
mereka menjaga. Dan kita sebagai manusia modern seharusnya lebih faham tentang
keadaan lingkungan dan tidak ada salahnya jika belajar dari suku-suku yang ada
di dunia ini yang terus menjaga bumi, alangkah indahnya jika lingkungan kita
seperti lingkungan masyarakat Baduy yang berfalsafah pada alam, bersahabat
dengan alam. Melupakan nafsu sesaat demi tercapainya kehidupan yang tentram
akan lebih baik dibandingkan kita merasakan akibat yang lebih fatal akibat
kecerobohan kita memanfaatkan lingkungan.
Tuhan menciptakan alam untuk kita, jadi
sepantasnyalah kita untuk menjaganya. Pelestarian lingkungan akan
tercapai jika kita melaksanakannya dengan kesadaran bahwa alam adalah aset
hidup kita yang sepatutnya diperlakukan secara layak, bumi akan tersenyum
bahagia melihat tubuhnya yang bersih terjaga. Belajar dari masyarakat yang
primitif bukanlah hal sulit bagi kita, karena yang mereka lakukan amatlah
sederhana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar